Kamis, 19 November 2009

METODE RISET (PRIHANTORO)

Analisis efisiensi bank perkreditan rakyat di wilayah jabodetabek dengan pendekatan dan envelopment analysis
Oleh:ImamHartono,MB-IPB:
Membangun ekonomi Indonesia tidak bisa dilepaskan dari peranan beberapa pihak antara lain Pemerintah, lembaga-lembaga di sektor keuangan dan pelaku-pelaku usaha. Salah satu pelaku usaha yang memiliki peran strategis dalam membangun ekonomi Indonesia adalah Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Hal ini ditinjau dari peran UMKM pada beberapa aspek yakni unit usaha UMKM merupakan 99,9 persen dari total usaha di Indonesia serta menyerap 77,67 juta tenaga kerja atau 96,8 persen dari tenaga kerja nasional, dengan sumbangan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 56,5 persen.
Lembaga keuangan yang tepat dan strategis untuk melayani jasa perbankan bagi masyarakat tersebut adalah Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Kunci keberhasilan BPR dalam pemberian pelayanan kepada UMK antara lain adalah lokasi BPR yang dekat dengan masyarakat yang membutuhkan, prosedur pelayanan yang sederhana dan proses yang cepat, serta mengutamakan pendekatan personal dengan masyarakat setempat. Sementara itu Bank Umum menghadapi kendala dalam penyaluran kredit terutama untuk para nasabah UMK dan masyarakat di pedesaan yang disebabkan terbatasnya jaringan kantor yang dimiliki, sumber daya manusia bank serta karakteristik nasabah UMK yang sangat berbeda yang memerlukan pelayanan yang spesifik berbeda dengan nasabah korporasi. total aset, penghimpunan dana maupun penyaluran kredit yaitu rata-rata dalam lima tahun terakhir masing-masing meningkat sebesar 4,8 persen, 22,0 persen, 20,8 persen dan 34,4 persen. Meskipun skala ekonomi BPR masih relatif kecil, namun kemampuannya dalam memberikan akses keuangan yang lebih luas kepada UMK di Indonesia dan mendorong perekonomian daerah sangatlah penting.
Namun terdapat perkembangan lainnya yang perlu dicermati terkait dengan efisiensi BPR. Saat ini, indikator yang biasa dipakai untuk mengukur efisiensi perbankan adalah dengan menggunakan rasio BOPO. Rasio BOPO dalam lima tahun terakhir menunjukan bahwa meskipun rata-rata rasio BOPO industri BPR masih dibawah angka 94% (batas nilai efisiensi ukuran BOPO pada BPR..

Tidak ada komentar: